Minggu, 26 Februari 2017

MAKAR ALLAH ITU SANGAT LUAR BIASA !!!*

Kemarin bendera Tauhid dipidanakan dan jadi bahan bullyan para munafiqun.
ALLAH membalikan semua keadan dengan sangat mudah..
Dalam waktu dekat Jakarta akankah dipenuhi oleh bendera Tauhid ???
Mulai dari bandara Halim Perdana Kusuma hingga hotel-hotel termegah di Jakarta akankah dihiasi oleh bendera Tauhid??
Bahkan Istana Negara dan gedung DPR RI juga akan mengibarkan bendera Tauhid Arab Saudi, bersanding bersama Merah Putih ??...
Kemarin Bendera tauhid yang berwarna hitam tiap kali berkibar dicurigai...
Bahkan dianggap bendera peperangan jihadis sampai dianggap ngisis...
Padahal itu lah sebaik2nya bendera....yang diwariskan Junjungan kita nabi besar Muhamad Shalalahu Alaihi Wassalam..
Bahkan Bali… “Pulau Dewata” juga akankah mengibarkan bendera Tauhid untuk meyambut 1500 tamu agung, para “Royal Bangsawan Muslim”, yang pria berbusana jubah putih dan wanita berhijab serba gelap plus cadar...??
Bali akan melayani tamu penting yang sangat “KEARABAN” dan sangat “KEISLAMAN” dengan pelayanan super eksklusif.
Dulu bendera Tauhid dikriminalkan dan jadi bahan ejekan oleh kaum munafikun yang membela bahkan cinta mati sama musuh Islam
Tergambar sudah...
Siapa yang kalian bela...
Bendera Simbol perjuangan Islampun kau cela...
ALLAH LAH YANG MAHA DASYAT PEMBUAT MAKAR !!
Akan tiba saatnya Bendera Tauhid datang dengan penuh izzah/kemuliaan dengan gelontoran investasi senilai US$ 25 Miliar. Dengan 1500 rombongan yang datang dengan 7 pesawat sendiri, bahkan tangga pesawatnya juga bawa sendiri.
وَلِلَّهِ ٱلۡعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِۦ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَلَـٰكِنَّ ٱلۡمُنَـٰفِقِينَ لَا يَعۡلَمُونَ
“Dan ‘izzah (kemulian/kekuatan) itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mu’min, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.” (QS Al-Munafiqun: 8)
Tamparan telak bagi mereka yang anti Arab dan anti Islam.
Akankah bendera tauhid kali ini dikriminalisasi ??..
Sokk jawabbb....Soub
Disarikan Bu Kristinawati Hidajat dari berbagai sumber.

Jumat, 24 Februari 2017

Wow! Dukung Anies-Sandi, Daeng Basry Copot Atribut PDIP

Sabtu (21/1) siang, digelar silaturahmi Gerakan Boy Sadikin (G’bos) Jakarta Utara dengan Ketua Tim Relawan Anies-Sandi, Boy Sadikin, di Kalibaru, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.

Koordinator G’bos Jakarta Utara Daeng Basry menuturkan, acara tersebut merupakan deklarasi para pengurus PDIP Jakarta Utara yang mengundurkan diri dan menyatakan mendukung Anies-Sandi di Pilgub DKI 2017.

Para pengurus tersebut merupakan pengurus partai di wilayah  Kamal sampai Muara Angke. “Saya sudah tiga bulan mengundurkan diri dari jabatan bendahara DPC PDIP Jakarta Utarat. Saya janji ke Bang Boy Sadikin, Insya Allah suara Anies-Sandi maksimal di Jakut,” ujar dia.

Daeng menegaskan, mulai saat ini semua relawan harus kerja keras. Tidak bisa santai-santai. “Yang kita perjuangkan hari ini sampai 15 Februari, Anies-Sandi harus menang,” tegas dia.

Dalam kesempatan itu juga, Boy Sadikin berharap, semua relawan yang ada di Jakarta Utara bergotong-royong dan bekerjasama memenangkan Anies-Sandi dalam Pilgub DKI.

“Saya mohon para relawan harus jeli dan kritis memantau segala bentuk kecurangan-kecurangan yang akan terjadi di pilgub. Pilgub harus jujur dan bersih. Kita inginkan gubernur baru, gubernur yang lebih santun, peduli wong cilik dan membahagiakan warganya,” pungkas Boy. (idn)

Catatan Dr. Hariman Siregar: *Kejinya Pemerintah, Tega Membodohi Rakyat Demi Menangkan Jagoan Istana*

*Kejinya Pemerintah, Tega Membodohi Rakyat Demi Menangkan Jagoan Istana*
catatan dr Hariman Siregar

Tulisan ini saya buat dengan sepenuh kekecewaan. Tidak sampai nalar saya menyikapi manuver-manuver politik dalam Pilkada DKI Jakarta, yang kian lama kian kental nuansa 
Kekuasaan ambrol, bukan lagi untuk memperkuat yang benar, melainkan mati-matian membela jagoannya. Demi kemenangan jagoan versi istana, bahkan melacurkan kebenaran, menginjak moralitas politik pun dilakukan. *Sungguh tragis*
Rakyat menyaksikannya dengan hati berkeping-keping. Di mana hati nurani penguasa?
Apakah penguasa melihat rakyat cuma sebagai kumpulan orang-orang bodoh yang bisa dengan gampang dibodohi?
Bagaimana mungkin suatu perkara yang sudah terang duduk-tegaknya, salah-benarnya, bisa dipelintir dengan begitu kasar tanpa rasa bersalah?
Ahok yang sudah jelas-jelas menista agama Islam, sampai saat ini tidak kunjung ditahan meski sudah duduk di kursi terdakwa.
Padahal, kasus-kasus serupa dengannya, seperti Arswendo Atmowiloto, Permadi atau Lia Eden langsung ditahan.
Ketika Ahok menghina K.H. Ma’ruf Amin, Menteri Luhut B Pandjaitan langsung turun tangan. Bahkan demi Ahok, presiden sampai bertindak melanggar UU Pemda karena tidak memberhentikan sementara Ahok yang sudah berstatus terdakwa kasus penistaan agama.
Kini seorang narapidana kasus pembunuhan dijadikan pion kekuasaan.
Antasari Azhar memfitnah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hanya beberapa jam sebelum pemungutan suara Pilkada DKI Jakarta dilakukan.
Tujuannya jelas,
agar nama baik SBY tercemar sehingga elektabilitas Agus Harimurti Yudhoyoni (AHY)- Sylvia Murni hancur dalam hari H Pilkada ini. Apa yang dilakukan Antasari adalah manuver keji, kotor dan murahan.
SBY sudah mengklarifikasikan tuduhan ini dengan amat terang. Bahkan dirinya tidak pernah mengintervensi penyidik kepolisian, jaksa, maupun majelis hakim, termasuk dalam kasus Antasari.
Karenanya, SBY menantang aparat hukum untuk membuka kasus SBY ini secara gamblang.
SBY juga menempuh langkah hukum terhadap Antasari karena merasa nama baiknya dicemarkan.
Tetapi kasus ini bukan cuma sengketa SBY-Antasari. Kasus ini adalah satu bukti tambahan bahwa tangan-tangan kekuasaan terus bergerak untuk memenangkan “jagoan” istana.
Antasari pasti paham bahwa manuvernya akan mengundang reaksi politik, bahkan hukum. Kepada siapa ia akan berlindung kalau bukan kepada penguasa?
Siapa yang sangggup melindungi Antasari dari jerat hukum atas pencemaran nama baik kalau bukan penguasa.
Seorang pandir pun paham, manuver Antasari mustahil terjadi jika mantan narapidana kasus pembunuhan ini tidak dibeking oleh penguasa.
Akibat manuver ini, Pilkada DKI Jakarta terancam tidak demokratis.
Pilkada Jakarta terancam ambruk dari transisi kekuasaan secara demokratis, menjadi rentetan aksi main kayu, aksi tipu-tipu rakyat.
Celakanya,
penguasa yang seharusnya menjadi suriteladan rakyat malah terkesan menjadi sumber masalah adalah gejolak sosial-politik ini.
Penguasa yang terjangkit syndrom paranoid memerkosa demokrasi demi mempertahankan ambisi kekuasaannya.
Apa yang terjadi hari ini membuat saya merindukan Pilkada Jakarta tahun 2012 yang berlangsung demokratis itu.
Di mana penyelengara, paslon, pemilih sampai penguasa bahu-membahu untuk mewujudkan kontestasi politik yang fair, beradab dan berkeadilan.
Tidak ada tipu-tipu rakyat di sana, apalagi aksi main kayu ala penguasa.
Silakan pembaca bandingkan. Pada Pilkada 2012 putaran 2, yang bersaing hanya dua pasang, head to head antara Jokowi-Ahok dan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli.
Tetapi kegaduhannya masih mengasyikan. Protes publik masih bisa ditolerir.
Mengapa kondusifitas ini bisa terjadi? Karena penguasa bersikap netral.
Kendati Nachrowi Ramli adalah kader Demokrat, SBY tidak melakukan intervensi. TNI, Polri, BIN, KPUD melaksanakan tugas dan fungsi pokoknya sesuai peraturan perundang-undangan.
Bahkan, kendati pun Jokowi-Ahok menang tipis, tidak ada upaya untuk mendongkel kemenangan itu secara inskontitusional.
Bandingkan dengan kondisi hari ini? Aparat keamanan seolah-olah getol mencari-cari kasus-kasus hukum kandidat penantang paslon petahana.
Sejak perhelatan Pilkada DKI Jakarta dihelat, kita sama-sama saksikan aparat keamanan seolah-olah berubah menjadi tim pemenangan kandidat dengan menggembor-gemborkan kasus-kasus hukum kandidat penantang petahana.
Ada yang dipanggil ke kantor polisi, ada yang dihantam pemberitaan negatif berbasiskan pernyataan aparat hukum.
Tujuanya jelas, untuk menjatuhkan elektabilitas para penantang petahana.
*Inilah Pilkada paling memalukan dalam sejarah ibukota Indonesia*. Demokrasi diperkosa di sini.
Moralitas dibunuh ambisi kekuasaan. Para pelakunya mengenakan topeng tanpa dosa; seolah-olah mereka tidak tersangkut dalam distorsi kedaulatan rakyat ini.
Akibatnya, jika dahulu, pelacuran kebenaran adalah pebuatan nista, kini pelaku malah dielu-elukan sebagai pembela demokrasi, sebagai pejuang hukum.
Tragisnya, semua itu dilakukan dengan cara membodohi-bodohi rakyat. Pun ketika aksi pembodohan itu sudah kental diketahui hitam-putihnya oleh rakyat sendiri.
Betapapun carut-marutnya, kita masih memiliki harapan. Rakyat Jakarta adalah benteng terakhir untuk mencegah distorsi demokrasi ini kian mengamuk dan menghancurkan sendi-sendi tata kehidupan Jakarta.
*Hari ini adalah waktu yang tepat bagi rakyat untuk mengambil kembali kedaulatannya*
Rakyat harus bergerak untuk menghukum pemimpin yang zalim, sekalipun, pemimpin yang zalim itu nyata-nyata didukung oleh penguasa di level puncak. Jangan takut, jangan abai.
Hari ini adalah satu peluang besar bagi rakyat dalam jangka lima tahun ke depan. Pillada 2017 adalah peluang rakyat untuk mendapuk pemimpin yang demokratis, tidak zalim, tidak gandrung memfitnah dan didukung tukang fitnah.
*Ini peluang untuk menciptakan Jakarta untuk semua*
Jakarta untuk rakyat!

Mantan Petinggi Polri: Kenapa Kasus Ahok Aneh? Kenapa Penguasa Membela Mati-matian?


Kasus penistaan agama yang melibatkan Gubernur DKI Jakarta Basuki T. Purnama merupakan perkara sederhana dan mudah untuk diselesaikan. Apalagi, sudah banyak kasus sejenis sebelumnya.

"Alhamdulillah Indonesia punya UU Penodaan/Penistaan agama, semua pelakunya dihukum berat ditahan diproses dan dipenjara," jelas mantan petinggi Polri yang pernah berkali-kali menangani kasus penistaan agama di Indonesia, Anton Digdoyo.

Karena itulah, dia mempertanyakan, kenapa kasus Ahok ini penanganannya rumit dan ribet sekali.

"Kenapa kasus Ahok jadi aneh? Karena dibela mati-matian oleh penguasa. Kenapa penguasa membela? Tanya saja pada mereka. Kita cuma bisa membahas yang tampak-tampak," sambung Dewan Pakar ICMI Pusat ini lewat pesan singkat yang diterima pagi ini.

Misalnya, soal langkah Mendagri Tjahjo Kumolo untuk meminta Fatwa Mahkamah Agung. Setelah keluar Fatwa, Mendagri sempat tak bersedia menyampaikan isi Fatwa tersebut ke publik.

Terlepas dari itu, dia menambahkan, sebenarnya sudah ada Fatwa MA agar semua pelaku penista agama dihukum seberat-beratnya karena termasuk kejahatan yang derajat keresahannya di masyarakat sangat tinggi.

"Maka Arswendo dan lain-lain pun dihukum maksimal 5 tahun penjara. Kenapa Ahok diistimewakan. Padahal azas hukum itu adalah untuk kesamaan keadilan kemanfaatan dan kepastian hukum wajib dijaga ditegakkan," tandasnya.

Presiden Jokowi sendiri sebelumnya sudah berkali-kali menepis anggapan dia mengintervensi penanganan kasus Ahok tersebut. (rmol)

Infak Diperkarakan, Din Tantang Polisi Bongkar Dana Teman Ahok dan Rekening Gendut

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr Din Syamsudin mengaku terusik hatinya ketika ada aktivis muslim yang dikriminalisasi dengan tuduhan yang tidak berdasar.
Hal itu, terkait kasus yang menimpa Adnin Armas, Ketua Yayasan Keadilan Untuk Semua, yang kabarnya dijadikan tersangka oleh kepolisian atas kasus dana infaq umat Islam kepada Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI yang dihimpun menggunakan rekening yayasan yang diketuainya.
Din menilai, Polri sudah melampaui batas. Ia pun menantang kepolisian untuk tidak pilih kasih dalam membongkar kasus serupa.Kalau mau dibongkar semuanya. Kita bisa kasih kasusnya, seperti uang Teman Ahok, atau rekening gendut Polri. Atau apa, kalau mau ayo bongkar semuanya,” ucap Din kepada hidayatullah.com, di Kantor MUI, Jakarta, Rabu (23/02/2017).
Ia mengungkapkan, pilihannya hanya dua, bongkar semua kasus serupa tanpa pilih kasih. Atau hentikan kasus tersebut.“Saya berharap itu tidak dilanjutkan oleh Polri. Agar tidak menambah sesak dada umat Islam dengan ketidakadilan,” ujarnya.
Ketua Dewan Pertimbangan MUI ini mewanti-wanti, bahwa jika aparat berlebihan menegakkan hukum, apalagi sampai tidak adil. Semua itu akan kembali ke dirinya sendiri.
“Saya berharap Polri jernih melihat ini,” tandas Din.*

Kamis, 23 Februari 2017

GEMPAR!! Kapolri Sebut Kapolda Metro Turut Terseret Rekayasa Kasus Antasari

ALLOH YANG AKAN MEMPORAK PORANDAKAN BARISAN MEREKA.....

Mantan Ketua KPK Antasari Azhar dalam laporan ke Bareskrim Polri pada 14 Februari 2017, melaporkan dugaan pidana persangkaan palsu atau rekayasa kasus (Pasal 417 KUHP) dan penghilangan barang bukti (Pasal 318 KUHP) atas kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen yang memvonisnya 18 tahun penjara.



Antasari menyampaikan empat item bukti petunjuk untuk menguatkan laporannya dan mengarah kepada penyidik yang menangani kasus pembunuhan Nasrudin pada 2009.

Demikian disampaikan Tito Karnavian dalam Rapat Kerja dengan Komisi III di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (22/2/2017).

“Yang dilaporkannya Pasal 318, yaitu adanya petugas yang membiarkan, yang seolah-olah melakukan rekayasa, atau mneghilangkan barang bukti. Adaa empat item yang dilaporkannya,” kata Tito.

Baca: Kapolri Beberkan Ketua GNPF MUI Kirim Dana dari Aksi Bela Islam II dan III ke ISIS

Tito menyebutkan empat item yang dilaporkan Antasari itu adalah tentang baju dan celana korban, tembakan peluru ke korban, SMS dan keterangan dua orang saksi.

Tito menjelaskan, Antasari dalam laporan malaporkan, penyidik tidak menjadikannya baju korban, Nasrudin Zulkarnaen, sebagai barang bukti di persidangan.

Oleh karena itu, penyidik dianggapnya menghilangkan barang bukti.

Tentang peluru, Antasari mempertanyakan dalam penyidikan dan dakwaan jaksa disebutkan ada tiga tembakan kepada korban.

Namun, kenyataanya hanya ada dua tembakan dalam fakta persidangan.

Selanjutnya, tentang adanya pesan singkat atau SMS dari Antasari kepada Nasrudin sekitar dua bulan sebelum tewas ditembak.

Saat persidangan perkara Antasari, jaksa menyebutkan SMS tersebut berbunyi peringatan dari Antasari kepada Nasrudin.

Namun, Antasari tidak merasa pernah mengirimkan SMS tersebut dan hingga kini tidak dapat dibuktikan.

Selain itu, dua saksi yang dihadirkan, Etza Imelda Fitri dan Jeffry Lumempouw, yang mengaku pernah melihat isi SMS tersebut dari telepon genggam Nasrudin Zulkarnaen.

Namun, dalam persidangan, data record pesan tersebut di folder SMS maupun di telepon genggam tersebut tidak ada.

“Sehingga menurut yang bersangkutan (Antasari Azhar), ini penyidik itu merekayasan SMS tersebut,” jelas Tito.

Menurut Tito, secara keseluruhan materi maupun empat item yang dilaporkan oleh Antasari Azhar ke Bareskrim Polri menyasar para penyidik yang dulu menangani perkara Antasari, termasuk Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M Iriawan selaku Direskrimum Polda Metro Jaya.

Ia membantah Polri terlibat settingan untuk menyerang mantan presiden SBY. Sebab, justru pihak Polri yang disasar oleh Antasari terkait laporan tersebut.

“Jadi, tidak ada kami setting apapun. Justri Polri yang dirugikan karena yang diserang adalah penyidik. Sedangka serangan ke Pak SBY enggak ada, serangan secara laporan tidak ada, tertulis pum tidak ada,” tandasnya. [AW/Tribunnews]

Indonesia Kritis, Tokoh Reformasi Amien Rais Bongkar Ancaman Dahsyat Poros Beijing

Tokoh reformasi, Prof Dr Amien Rais menilai masa depan Negara Indonesia sejatinya berada pada hasil Pilkada Jakarta.
Tapi, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu merasa khawatir dengan kondisi Indonesia yang semakin kritis.


“Saya lahir sebelum proklamasi dan saya hidup di lingkungan Muhammadiyah dan Masyumi. Nah saya katakan, belum pernah negeri muslim terbesar yang namanya Indonesia ini, dalam keadaan yang sekritis dan mengkhawatirkan seperti yang kita alami saat ini,” katanya saat Tablig Akbar di Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, Sabtu malam (18/2/2017).

Mengutip Milton Friedman, Amien Rais sependapat dengan perkataannya “The combination of economic and political power in the same hands is a sure recipe for tyranny”. Kombinasi politik dan ekonomi disatukan adalah resep yang cespleng untuk munculnya tirani yang mendasar minoritas atas mayoritas.

“Saudara-saudara saya tahu ini direkam, teman-teman dari BIN ada disini, dari Bareskrim ada disini juga untuk memata-matai saya. Pasti ada, saya katakan, saya bisa berdebat dengan Pak Jokowi kapan saja. Maaf pak Jokowi saya ekspresi anak negeri yang dilindungi Undang Undang Dasar, bahwa sejatinya pak Jokowi dan pak Ahok adalah dua boneka politik dan ekonomi dari warga yang hanya dua persen,” ujarnya.

Ucapan Jokowi yang mengatakan bahwa Indonesia harus jadi poros maritim di Asia bahkan dunia, menurut Amien Rais bagian dari rencana Beijing mengembangkan sayap ekonomi dan jalur perdagangan bisnis Internasional Tiongkok.

“Ini saya buka, sarjana ekonomi S1 dari UGM kok tiba-tiba jadi ahli kelautan. Jebulnya, ternyata tim pemenangan pak Jokowi sekarang ini sudah berkali-kali sowan ke Beijing, dari sana dikenalkan dengan OBOR (One Bild One Road). Dalam rangka mengepakkan sayap ekonomi dan militer itu, maka Beijing membuat jalan sutra dari Beijing terus ke selatan lewat Asia Tengah sampai ke Turki, sampai ke Eropa,” ucapnya.

Amien Rais mengetahui bahwa Negeri Indonesia akan jadi pelayan ekonomi Negeri Bambu. Menjadi budak di negeri sendiri merupakan ancaman yang sudah ada didepan mata. Dia sangat berharap komentarnya didengar oleh Pemerintahan Jokowi, untuk selanjutnya berdialog masalah ancaman bangsa dari gempuran ekonomi Tiongkok.

“Nah saudara-saudara, orang yang berfikiran sederhana tahu bahwa poros maritimnya rezim ini, jadi subordination, jadi pelayan ekonomi Cina. Saya tahu ini direkam, malah supaya didengar oleh mereka. Jadi kita ini mengalami hal yang paling mengkhawatirkan,” tandasnya. [SY]

Rabu, 22 Februari 2017

Jokowi: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Terbaik Ketiga Dunia

BOGOR -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengklaim pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat baik dibandingkan negara-negara besar. Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02 persen, menurutnya telah masuk posisi tiga besar terbaik di dunia.

"Harus saya katakan, 2016 ekonomi kita sangat baik dibanding negara-negara besar. Yaitu 5,02 persen masuk tiga besar yang terbaik di dunia, kita hanya kalah dengan India, Tiongkok, nomor tiganya kita. Ini yang harus terus kita rawat dan jaga," ujar Jokowi di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Rabu (22/2).

Presiden RI itu mengatakan, jangan sampai momentum pertumbuhan tersebut tidak diperhatikan. Apalagi jika sampai menjadi turun. "Jangan sampai kehilangan konsentrasi, fokus," ucapnya.

Jokowi menambahkan, selanjutnya fokus pemerintah adalah terkait pemerataan ekonomi. Sebab menurut Presiden, rasio kesenjagan di masyarakat sangat tinggi, antara kaya dan miskin.

Pada 2016, rasio kesenjangan turun menjadi 0,39 persen dibanding tahun sebelumnya, 0,41 persen. Pemerintah diakui sedikit demi sedikit terus menurunkan rasio angka kesenjangan tersebut.

Ada tiga hal yang menjadi prioritas pemerintah dalam pemerataan ekonomi, di antaranya, masalah reforma agraria dan redistribusi aset, permodalan serta pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM).

Pemerintah akan membagi lahan-lahan tidak produktif kepada rakyat, koperasi, sehingga aset-aset negara terdistribusi dengan baik. Kemudian pemerintah juga membantu terkait akses atau dukungan permodalan. 

Dalam hal pembangunan SDM, pemerintah akan menggenjot masalah vocational training, kejuruan, seperti halnya mengoptimalkan sekolah-sekolah kejuruan. Apabila upaya itu konsisten diimplementasikan, Jokowi yakin suatu saat ekonomi Indonesia bisa masuk lima besar dunia.

"Penduduk Indonesia akan mencapai 309 juta pada 2045. PDB (produk domestik bruto) kita sekarang Rp 13 triliun. Nanti 2045 bisa 9,1 dolar AS, 10 kali lipat dari yang kita punyai sekarang. Kalau kita konsisten bekerja seperti sekarang, kita akan memasuki lima besar ekonomi dunia dengan pendapatan per kapita kurang lebih 29 ribu dolar AS," jelasnya. REPUBLIKA.CO.ID

Jumat, 17 Februari 2017

Inilah Cara Intel Korut Beroperasi di Indonesia

Kasus pembunuhan atas warga Korea Utara (Korut) bernama Kim Jong-nam di Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA), Senin (13/2) memunculkan berbagai spekulasi.
Kasus pembunuhan atas kakak tiri pemimpin Korut Kim Jong-un yang menyeret warga negara Indonesia bernama Siti Aisyah itu diyakini sebagai hasil kerja intelijen. Ada dugaan lembaga telik sandi Korea Utara merekrut Aisyah sebagai salah satu agennya.
Laman The Star Malaysia melaporkan, lembaga intelijen Korut yang dikenal dengan sebutan Reconnaissance General Bureau (RGB) sudah lebih dari dua dekade beroperasi di Malaysia, Singapura dan Indonesia. Sumber di kalangan intelijen menyebut operasi RGB di tiga negara itu merupakan jaringan terbesar di luar Korut.
RGB disebut-sebut lebih memilih beroperasi di Malaysia dan Singapura. RGB pula yang mengelola operasi klandestin negeri yang beribu kota di Pyongyang itu.
Untuk menutupi operasi RGB di ketiga negara itu maka mereka biasanya menggunakan agen-agen yang menyamar sebagai insinyur, konsultan teknik konstruksi, hingga membuka restoran Korea. “Mereka menggunakan restoran sebagai front utama untuk melakukan kegiatan intelijen dan pengawasan, menyasar politikus Jepang dan Korea Selatan, diplomat, petinggi perusahaan dan pengusaha,” ujar sumber The Star.
RGB berada di bawah kendali Kementerian Keamanan Negara dan melaporkan hasil kerjanya langsung ke Kim Jong-un. Di Indonesia, agen-agen RGB juga mengoperasikan pabrik-pabrik tekstil termasuk di Jakarta.
“Salah satunya terletak di atas sebuah restoran Korea Utara di pusat Jakarta yang menjadi bagian dari kantor RGB di Indonesia,” ujar sumber itu.
Dan untuk membiayai jaringan yang rumit, RGB juga menyelundupkan narkoba. Salah satu yang terungkap adalah penyelundupan 125 kilo heroin ke Australia menggunakan kapal dagang bernama Pong Su pada 2003.
Sumber itu menyebut penyelidikan oleh kepolisian Australia mengungkap bahwa RGB menggunakan Port Klang yang dikenal sebagai pelabuhan laut utama di Selangor, Malaysia sebagai tempat transit narkoba. Narkoba dibedah dan dikemas ulang di Port Klang untuk diselundupkan ke negara lain.
Sumber itu juga menuturkan, RGB pada awal 2000-an menggunakan Malaysia sebagai tujuan untuk mengubah rute pergerakan bahan-bahan kimia berbahaya termasuk untuk membuat gas saraf ke ibu kota Korut, Pyongyang melalui Tiongkok.(ara/jpnn) 

Kamis, 16 Februari 2017

Relawan Agus-Sylvi Deklarasikan Dukungan ke Anies-Sandi

Relawan Agus-Sylvi asal Komite Nasional Masyarakat Indonesia (KMNI) mendeklarasikan dukungan bagi pasangan Anies-Sandi pada putaran dua Pilgub DKI 2017, setelah paslon nomor satu hampir dipastikan tidak lolos putaran berikutnya. Deklarasi tersebut dihadiri langsung oleh sang calon gubernur, Anies Rasyid Baswedan.

"Memberikan dukungan sepenuhnya kepada pasangan Anies-Sandi dalam putaran kedua Pilkada DKI Jakarta," kata Ketua KMNI Alex Asmasoebrata di Jalan Cikajang nomor 60, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (16/2).

Alex juga berharap, pasangan Agus-Sylvi segera menentukan sikap untuk memberikan dukungan kepada Anies-Sandi. Sehingga, seluruh suara pemilih Agus-Sylvi yang bisa secara bulat dialihkan bagi pasangan Anies-Sandi.

"Mendorong pasangan Agus-Sylvi dapat segera menentukan sikapnya memberikan dukungan kepada pasangan Anies-Sandi agar seluruh suara pemilih Agus-Sylvi yang sekitar 17 persen, dapat secara bulat mendukung Anies-Sandi," ujarnyanya

Alex juga memohon agar pasangan Anies-Sandi dapat menerima dan memaksimalkan dukungan dari para relawan Agus-Sylvi. Tak hanya dari relawannya, Alex juga meminta Anies-Sandi menyambut baik dan menerima dukungan dari pasangan Agus-Sylvi secara keseluruhan.

Selasa, 14 Februari 2017

Diskusi Peran Pemuda Islam Hadapi Digital dan Mencetak Muslim Cyber Army

The Rise Youth Intelegent (TRYI), wadah organisasi santri menggelar diskusi bertema “Peran Pemuda Islam Menghadapi Era Teknologi Digital” di Hotel Aziza, jalan Kapten Mulyadi 115, Pasar Kliwon, Solo, Ahad (12/2/2017).
Syahid Insan Nurahman, ketua panitia mengatakan maksud digelarnya acara tersebut sebagai pengenalan dan untuk membentuk pasukan cyber army. Teknologi digital yang berkembang pesat dan semakin canggih menuntut pemuda Islam lebih aktif dan tidak gaptek.
“Sebenarnya ini pengenalan teknologi anak-anak santri untuk menuju sebuah cyber army. Tapi ini kita buka untuk umum, kemarin kan mulai adu cyber antara muslim dan non muslim, nah tujuan untuk itu sebenarnya,” ujarnya pada Panjimas.com.
Acara yang diikuti sekitar 130 orang ini, mengundang Prof Dr Ing Fahmi Amhar, profesor pertama dan termuda bidang Geospasial di Indonesia. Prof Fahmi mengatakan bahwa Negeri Malaysia merupakan negeri yang Islami yang menyambut era digital. Sementara negeri Islam lainnya masih belum menerapkannya semisal Indonesia sendiri.
“Nah jadi negeri Islam yang lain itu ibarat seperti buih, tidak punya kualitas maka umat Islam tanpa sains dan teknologi akan terjajah,” katanya.
Menurutnya, umat Islam masih terjebak pada paradigma keilmuan seperti sains menjadi bagian ajaran sekular dan saintifikasi Islam membuat kerancuan dan membingungkan. Prof Fahmi juga menjelaskan Islamisasi sains sudah banyak beredar ditambah sains ta’wili pun demikian.
“Hingga ada buku yang mengeluarkan The Science of Shalat, shalat itu di cek apakah akan merubah kadar gula darah, kolesterol dan yang lainnya. Hingga dibandingkan dengan yoga, yoga itu bisa mengurangi kadar gula darah, nah semacam itu terus disimpulkan berarti shalat sama dengan yoga,” ujarnya.
Peran pemuda Islam saat ini dalam menelurkan software-software Islami sudah sangat banyak. Diharapkan peran pemuda Islam menyambut perang di era digital saat ini.
“Contoh sekarang ada Qur’an digital itu, sekarang lagi ada kalimat jangan menebar kebencian. Kita cari kata benci dalam quran itu langsung muncul surat apa ayat berapa. Oh jadi benci itu boleh, benci pada koruptor, benci pada kebodohan itu boleh. Yang tak boleh itu benci pada ulama, benci pada Islam,” ucapnya. [SY]

Sabtu, 11 Februari 2017

Facebook dan Google perang melawan berita bohong

Dua raksasa internet Facebook dan Google bergabung bersama dengan organisasi-organisasi berita untuk meluncurkan tool baru pemeriksa keaslian berita yang dirancang untuk mencabut berita-berita bohong di Prancis menjelang pemilihan presiden di negeri ini.

Jejaring sosial dan agregator berita dikritik keras selama Pemilu Amerika Serikat karena mereka jelas secara tidak sengaja ikut menyebarkan berita-berita bohong.

Facebook menyatakan akan bekerja sama dengan delapan organisasi berita Prancis, termasuk kantor berita Agence France-Presse (AFP), saluran berita BFM TV, dan koran L'Express serta Le Monde, untuk meminimalkan risiko berita bohong yang muncul dalam platform mereka.

Facebook, jejaring sosial terbesar di dunia, memiliki 24 juta pengguna di Prancis, atau sepertiga dari total penduduk Prancis.

Facebook akan menggantungkan kepada peran pengguna dalam membenderai (flag) berita bohong pada jejaring sosial ini sehingga artikel-artikel berita bisa dicek ulang kebenarannya oleh organisasi-organisasi berita yang menjadi mitra Facebook.

Setiap berita yang dianggap bohong oleh dua dari mitra Facebook akan ditandai oleh sebuah ikon yang menunjukkan konten berita itu bermasalah, kata Facebook.

Facebook juga mendukung prakarsa terpisah yang diluncurkan Google lewat "CrossCheck" yang menyeru para pengguna mengirimkan tautan-tautan (link) untuk konten yang diragukan kebenarannya kepada situs-situs berita terpercaya sehingga konten itu bisa diinvestigasi.

17 newsroom Prancis bergabung dalam proyek itu, termasuk AFP dan stasiun televisi nasional Prancis milik pemerintah.

Facebook juga mengambil langkah dalam melawan berita bohong di Jerman di mana pemerintah negara ini mengutarakan kekhawatirannya atas berita palsu dan ujaran kebencian yang mempengaruhi Pemilu September mendartang di mana Kanselir Angela Merkel berusaha memangku jabatan untuk masa jabatan keempat kalinya.

Di AS, Facebook sudah bekerja dengan situs pemeriksa kebenaran berita Snopes, ABC News dan kantor berita Associated Press untuk memeriksa keaslian berita, demikian Reuters.

Ridwan Kamil kebangkitan Islam saat pemuda penuhi masjid

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan kebangkitan Islam ketika para pemuda berbondong-bondong memenuhi masjid untuk solat shubuh berjamaah.

"Terutama pemuda di Bandung harus mempunyai semangat untuk tunaikan semangat berjamaah di masjid" kata Ridwan Kamil dalam siaran persnya, usai solat shubuh berjamaah di Masjid Besar Ujung Berung,  Bandung, Minggu.


Pria yang akrab disapa Kang Emil ini menyebut subuh merupakan salah satu waktu optimal untuk menyampaikan pesan karena menurutnya ketika subuh otak manusia belum termanipulasi oleh hal-hal negatif.

"(Shubuh) Fokus untuk menerima pesan ketimbang siang hari karena setelah siang otak kita akan terbagi fokus sesuai dengan kegiatan kita masing masing" kata dia.

Kepada jamaah, Emil menjelaskan segala perbuatan yang dilakukan seseorang harus berdasarkan niat yang baik sesuai dengan ajaran Islam.

"Segala sesuatu berdasarkan niat, hidup itu perjuangan segala sesuatu harus berdasarkan ibadah," kata dia.

Ia pun berpesan kepada jamaah yang hadir di masjid tersebut agar senantiasa bermanfaat bagi manusia lainnya atau minimal dapat menyenangkankan bagi manusia lainnya.

"Sebaiknya-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya, kehadirannya dirindukan, kedatangannya dinantikan" kata Emil.
Editor: Unggul Tri Ratomo

Enam Mitos Tentang Intelijen Keamanan Nasional Amerika



Sehari setelah disumpah jabatan, Donald Trump kembali berbicara di markas CIA. Pidato Trump tersebut dilihat sebagai upaya untuk memperbaiki hubungannya dengan dinas intelijen. Hubungan keduanya sempat memburuk akibat sikap dan pernyataan Trump sebelumnya yang skeptis terhadap hasil penilaian intelijen terkait aksi peretasan yang diduga dilakukan Rusia terhadap surat-surat elektronik Komite Nasional Demokrat dan kampanye kandidat presiden Partai Demokrat, Hillary Clinton.

Sikap skeptis itu ditunjukkan oleh Trump bersama sejumlah ahli di bidang keamanan yang menyatakan keraguan mereka mengenai rumitnya hubungan antara isu serangan siber dengan akurasi sumber-sumber intelijen. Sikap skeptis itu nampaknya semakin diperparah oleh bukti-bukti yang tak terelakkan mengenai campur tangan Rusia pada pemilu yang lalu.

Di universitas dan lembaga-lembaga akademis lain diajarkan bagaimana komunitas intelijen mengumpulkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi sensitif kepada para pembuat kebijakan dan pejabat-pejabat yang terpilih.

Berikut adalah beberapa hal yang secara salah dipahami mengenahi aktifitas-aktifitas intelijen, yang bukan hanya dipertontonkan oleh presiden Donald Trump, tetapi juga oleh laporan-laporan media terkait intervensi Rusia terhadap pilpres 2016 yang lalu.

Koreksi atau sikap yang benar terhadap mitos-mitos tersebut penting dilakukan karena publik sudah terlanjur menaruh harapan yang tidak realistis terhadap produk-produk dan analisa intelijen. Harapan yang salah ini bisa merusak kredibilitas komunitas intelijen itu sendiri, dan akan mempengaruhi kemampuan mereka dalam menyelesaikan setiap misi.

Mitos 1: Data Intelijen dan Bukti Pengadilan adalah Sama

Data intelijen dan bukti (pengadilan) itu sama sekali berbeda. Para analis intelijen bekerja dengan memahami situasi dari multi aspek, lalu membuat penilaian tentang situasi tersebut dan menginformasikannya kepada para pembuat keputusan.

Di sisi lain, para investigator penegak hukum mencari bukti-bukti yang diperlukan untuk memenuhi standar legalitas beban pembuktian (onus probandi). Di ruang pengadilan, bukti-bukti langsung sebuah kejahatan, seperti: DNA, sidik jari, dan kesaksian/pengakuan para saksi, merupakan bukti yang terbaik.

Di kalangan komunitas intelijen, para analis terkadang harus bersinggungan dengan dinas intelijen asing, bahkan dengan kelompok-kelompok “teroris” yang memiliki kemampuan menggunakan sarana-sarana kontra-intelijen negara dan mampu melakukan kampanye penyesatan untuk mengelabuhi pejabat-pejabat intelijen AS, sehingga pada akhirnya akan menciptakan situasi ketidakpastian.

Menjadi tidak realistis apabila kita terlalu berharap dinas intelijen akan selalu didukung oleh “bukti-bukti yang sudah teruji kebenarannya” dalam melakukan penilaian. Alasan lain mengapa banyak orang begitu skeptis dengan intelijen karena minimnya penjelasan atau keterangan yang bisa diterima tentang bagaimana para analis itu membuat berbagai kesimpulan.

Sebagai contoh, Kantor Direktur Intelijen Nasional pernah mengungkap ke publik sebuah laporan mengenahi peran Rusia dalam mempengaruhi pemilu di AS pada awal Januari lalu. Merespon hal itu, Robert Graham, seorang analis sebuah perusahaan di bidang keamanan siber, mengatakan kepada Wired, “Melihat jenis data apa yang mungkin mereka miliki, seharusnya mereka bisa memberikan lebih banyak lagi detilnya. Dan mereka benar-benar membuat saya kesal.” Respon senada juga diungkap oleh Susan Hennessey, seorang anggota Brookings Institution melalui Twitter.

Tetapi berbagai kritikan tersebut tidak benar. Teknik yang dipakai oleh berbagai dinas intelijen harus tetap dirahasiakan untuk menghindari terbongkarnya metoda dan daya analisa dinas intelijen oleh musuh.

Diminta Segera Revolusi, Ini Jawaban Petinggi GNPF MUI



Jakarta – Dalam tabligh akbar di Bima, Nusa Tenggara Barat, beberapa waktu lalu, kaum muslimin meminta Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF MUI) Ustadz Bachtiar Nasir untuk segera melakukan aksi revolusi.

“Waktu saya di Bima, mereka semua minta segera revolusi, padahal kondisi mereka sedang dalam keadaan susah (karena dilanda banjir, red). Lumpur-lumpur masih banyak,” cerita Ustadz Bachtiar dalam tausiahnya di Masjid Istiqlal saat aksi 112, Sabtu, (11/02).

Tapi yang terpenting, lanjut Bachtiar, yang harus direvolusi adalah cara pandang kaum muslimin untuk lebih menghayati kalimat tauhid, Laa ilaaha illallah.

“Kalimat tauhid itu jika dibenarkan dalam hati dan selalu direalisasikan dalam kehidupan kita. Jika itu dilakukan, maka kita tidak akan merasakan ketakutan selain kepada Allah SWT. itulah salah satu hadiah dari ketakwaan,” ungkap dai alumnus Madinah ini.

Pimpinan AQL Islamic Center ini menguraikan, karena ketakwaan itulah, Allah SWT akan bertindak langsung sebagai pelindung umat, bukan hanya di dunia, tapi juga di akhirat.

Ustadz Bachtiar Nasir juga menyinggung peran ulama dan umat Islam yang senantiasa konsisten menjaga persatuan. Ia menyebut sejumlah tokoh ulama dan Muslim yang berperan dalam proses kemerdekaan bangsa Indonesia. Di antaranya ialah KH Hasyim Asyari, KH Ahmad Dahlan, KH Noer Alie, Bung Karno dan Bung Hatta yang merupakan seorang Muslim.


Pantauan Kiblat.net di lapangan, jutaan kaum muslimin berbondong-bondong penuhi Masjid Istiqlal sejak Jumat malam. Mereka dengan tertib mengikuti rangkaian acara sejak shalat shubuh, berzikir dan mendengarkan tausiah dari para ulama dan habaib.





Reporter: Muhammad Jundi
Editor: Fajar Shadiq

Hadiri Aksi 112, Wakil Ketua MPR RI: Tidak Ada Manfaatnya Mengkriminalisasi Ulama



Jakarta- Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid turut hadir dalam aksi 112 di Masjid Istiqlal. Dalam pidatonya, ia menegaskan bahwa tidak ada manfaatnya mengkriminalisasi ulama.

“Sesungguhnya tidak ada manfaatnya mengkriminalisasi ulama. Saya sampaikan menjadi lebih maslahat dan manfaat agar pimpinan umat Islam diajak membangun negeri ini,” katanya pada Sabtu,(11/02).

Ia juga menyampaikan bahwa kontribusi ulama sangat besar bagi Indonesia. Bahkan menurutnya, merdekanya Indonesia tidak lepas dari peran ulama dan jihad. Sebagai contoh resolusi Jihad yang dideklarasikan oleh KH. Hasyim Asyari.

“Yang lain, Hasyim Asyari, beliau membuat satu resolusi. Resolusi jihad. Fatwa membebaskan Indonesia dari jajahan asing. Selamatlah Indonesia dengan resolusi jihad Hasyim Asyari,” tuturnya.

Selain itu, intimidasi dan pencegatan peserta aksi damai kerap dilakukan aparat. Hidayat Nur Wahid menegaskan bahwa tindakan itu tidak menghormati sejarah Indonesia. Pasalnya, umat Islam dicurigai dan dipersulit.

“Mau datang ke Istiqlal saja dicegat. Itu sama sekali bukan untuk menghadirkan kedamaian. Umat Islam Indonesia cinta kedamaian,” tegasnya.

“Semoga tidak ada kriminalisasi ulama. Dan kalau ada, semoga yang melakukan hal itu dibuka pintu hatinya,” tukasnya



Reporter: Taufiq Ishaq
Editor : Syafi’i Iskandar

Bongkar Strategy AHOK Dan Tim Soraknya

Ahok, Para 'Cheerleader': 'Kill the Messenger' dan 'Killing Himself'

Oleh: Abdullah Sammy

Kill the messenger (membunuh si pembawa pesan) sejatinya sebuah trik kuno. Jauh sebelum teknologi berkembang pesat, akses informasi hanya bisa didapat dari seorang pembawa pesan (messenger). Messenger kerap membawa pesan yang tidak ingin didengar si penerima. Saat seorang penguasa dan pendukungnya tak suka atau tak ingin mendengar pesan dari sang pembawa pesan, cara paling mudah adalah dengan membunuhnya.

Kill the messenger telah terjadi sejak abad pertama sebelum masehi. Kisahnya terjadi saat perseteruan antara Romawi dan Kerajaan Armenia. Adalah pembawa pesan dari pemimpin pasukan Romawi, Lucullus, yang mendatangi raja Armenia, Tigranes.

Pihak Romawi mengirim pesan lewat sang messenger yang menyatakan seruan agar Tigranes menyerahkan musuh Romawi yang mengungsi ke tanah Armenia. Karena tak suka dengan pesan itu, pasukan Tigranes lantas memenggal kepala sang messenger Romawi.

Di era saat ini, kill the messenger sudah menjadi frasa metafora. Tapi substansinya masih sama, yakni reaksi atas ketidaknyamanan dan ketidaksukaan atas sebuah informasi yang diucapkan oleh si pembawa informasi. Karena tidak suka dengan isi informasi, maka si pembawa informasi dihabisi.

Strategi kill the messenger sedang menjadi pembicaraan di dunia olahraga pekan ini. Ini bermula dari perseteruan antara bintang Cleveland Cavaliers, LeBron James dengan Charles Barkley. LeBron yang kini bermain untuk Cleveland Cavaliers berang dengan pernyataan legenda basket 1990-an yang kini menjadi analis di NBA TV itu.

Barkley mengkritisi sikap LeBron yang dinilai cengeng karena selalu menuntut tim untuk melayaninya. Ini tak terlepas ucapan LeBron yang menganggap timnya perlu tambahan seorang playmaker.

"Di atas itu, semua tindakan LeBron (meminta tim mendatangkan playmaker) adalah tidak pantas dan cengeng," ucap Barkley, seperti dilansir ESPN.

Kuping LeBron panas dengan ucapan legenda Phonix Suns tersebut. LeBron pun melakukan serangan balik pada Barkley.

"Saya bukan seorang yang pernah melempar seseorang dari jendela. Saya tak pernah meludahi anak kecil. Saya tak pernah berhutang di Las Vegas. Saya tak pernah bilang saya contoh, tapi saya pun tak pernah tak muncul di laga All Star karena sedang pesta sepanjang pekan di Vegas," ucap LeBron menyindir balik masa lalu Barkley.

Ucapan eks pemain Miami Heat memicu kontroversi publik. LeBron dinilai mencoba menghabisi karakter Barkley yang sejatinya menjalankan tugas sebagai seorang analis basket.

Bukan substansi kritik yang dijawab. LeBron malah coba mengaburkan isu dengan menghabisi karakter si pengkritik, Barkley.

Tapi Barkley cukup cerdas untuk merespons segala tudingan itu. "Saya tidak membawa persoalan ini menjadi personal dengannya. Dia masih kecil saat saya bermain. Jadi mungkin dia meng-google saya, dan saya apresiasi itu," balas Barkley saat diwawancara ESPN.

Barkley pun menilai segala tudingan persoalan masa lalu kepadanya tidaklah penting. Sebab persoalan yang terjadi masa kini adalah LeBron bukan lagi Barkley yang sudah pensiun.

"Jadi saat anda tak suka dengan sebuah pesan maka yang anda lakukan adalah membunuh si pembawa pesan (kill the messenger)," kata Barkey.

Dia melanjutkan perkataannya, "Beberapa yang LeBron sampaikan terkait (masa lalu) saya ada benarnya, tapi itu tak membuat pesan yang saya sampaikan (saat ini) menjadi salah," kata Barkley tegas.

Perkataan Barkley itu merupakan jawaban telak atas strategi kill the messenger yang dimainkan LeBron. Strategi yang sejatinya sering dimainkan oleh politikus ketimbang olahragawan.


Dan di dunia politik di Indonesia, strategi kill the messenger kini menjadi senjata bagi pihak-pihak yang tidak bisa mengelak dari kritik. Karena tak bisa menjawab kritik, maka yang dibunuh adalah si penyampai kritik.

Dalam kontentasi politik di Indonesia yang begitu dinamis, kill the messenger jamak dilakukan sebagai strategi counter-attack. Terlebih sekarang adalah eranya sewa menyewa konsultan di sosial media, bahasa kerennya buzzer.

Ya, tak hanya bertahan untuk mengelak dari kritikan yang tak bisa dijawab, tapi kill the messenger juga dilakukan para buzzer untuk menghancurkan lawan. Konon, bayaran buzzer untuk menghancurkan lawan lebih besar ketimbang bayaran untuk pencitraan positif sang klien.

Saya ingin merujuk strategi kill the messenger yang kerap ditujukan pada pihak-pihak yang selama ini mengkritisi atau berseberangan dengan penguasa.

Pihak yang mengkritisi atau mengambil posisi berseberangan dengan penguasa memang kerap mendapat serangan. Sayangnya, sayangnya tak melulu serangan balik itu terkait substansi untuk menjawab kritikan si pengkritik. Tapi melebar ke personal kritikus.

Salah satu contohnya menimpa akademisi UI, Rocky Gerung. Rocky yang kerap melontarkan kritik pada pemerintah jadi sasaran serangan balik. Sejumlah tudingan personal mampir kepada Dosen Filsafat UI itu.

Ini seperti tudingan dia dekat dengan kalangan politik tertentu. Tapi, tak ada yang berani menjawab substansi kritikan dari pengajar filsafat politik Universitas Indonesia itu.

Ini seperti kritikan terbaru Rocky soal yang menyebut penguasa adalah pembuat hoax terbaik. Pernyataan yang membuat merah para penjilat kekuasaan.

Pernyataan Rocky ini sejatinya didukung fakta soal hoax yang ditebar para penguasa setiap lima tahun sekali dalam pemilu. Jika rakyat bisa dituntut menyebar hoax, maka mengapa pemimpin yang berjanji tidak akan bagi-bagi jabatan saat kampanye itu tak juga terjerat kasus hoax?

Substansi kritik tajam itulah yang membuat pihak-pihak yang tak senang melancarkan strategi kill the messenger. Cara paling mudahnya adalah dengan menyebar kabar terkait persona sang tokoh.

Terkait Rocky, dia dituding merupakan pengamat yang merapat ke salah satu poros kekuasaan. Saya pribadi tidak tahu apakah tudingan itu betul atau murni fitnah. Tapi satu hal yang jelas, tudingan tak menggugurkan bobot kritik Rocky yang hingga kini tak bisa dijawab oleh penguasa atau para 'cheerleadernya'.

Strategi kill the messenger juga dilakukan para pendukung Ahok yang kerap membully lawan politiknya di Twitter. Strategi ini juga menjadi senjata untuk meredam gugatan kelompok massa dalam kasus penistaan agama yang menjerat Ahok.

Ini seperti saat awal terjadinya demonstrasi pada akhir Oktober 2016. Strategi kill the messenger yang dilakukan Ahooker adalah dengan memotret segelintir massa yang beraksi dengan menginjak rumput kala itu. Meski tak terverifikasi apakah itu sekadar settingan, cara itu coba menghancurkan simpati publik pada peserta aksi.

Namun sayangnya, aksi ini bisa dilawan balik oleh kubu anti-Ahok yang menunjukkan sejumlah bukti bahwa tanaman yang rusak hanya sebatas settingan. Malah simpati pada aksi semakin besar dengan munculnya aksi bela Islam 4 November 2016 (411).

Kubu pro Ahok tak tinggal diam. Mereka balas merespons aksi 411 itu dengan melabeli gerakan itu anti-Bineka. Kembali strategi kill the messenger untuk memadamkan gejolak. Tapi lagi-lagi strategi para buzzer itu hanya gaduh di sosial media tanpa efek di dunia nyata.

Sebab buktinya rancangan aksi tandingan yang mereka lakukan hanya dihadiri massa dengan jumlah yang begitu minim.

Malah aksi ketiga massa anti-Ahok makin besar yakin pada 2 Desember 2016 (212). Namun kali ini, para buzzer masih belum kapok. Mereka menggunakan usaha kill the messenger dengan mengaitkan 212 dengan sejumlah aktivis yang ditangkap. Mereka mengaitkan aksi makar guna 'membunuh pesan' dari 212.

Strategi kill the messenger juga dilakukan Ahok dan kubunya dalam sidang. Caranya adalah dengan menghabisi persona saksi atau pelapor dalam sidang kasus penistaan agama. Korban utamanya adalah Novel Bamukmin yang dibully habis usai insiden di BAP-nya yang menyebut kata 'fitsa hats'.

Strategi berhasil dengan manis. Ahok di atas angin, sementara saksi habis dibully habis-habisan. Saksi lain, Irene Handono pun juga tak ketinggalan coba dihabisi karakternya. Dia dituding berbohong soal riwayat pendidikan. "Ketika saya di pengadilan, duduk sebagai saksi hampir lima jam, yang ditanyakan penasihat hukum Ahok menyimpang dari persoalan penodaan agama. Dan cenderung pembunuhan karakter," ujar Irene, Kamis (2/2).

Benar atau tidak tudingan itu tidaklah penting. Yang penting si pembawa pesan terbunuh karakternya. Sedangkan pesan yang coba disampaikan terkait substansi kasus jadi kabur.

Irene bukan orang terakhir. Ketua MUI dan juga Rois Aam NU, Ma'ruf Amin menjadi saksi lain yang coba 'dihabisi' oleh kubu Ahok. Berbagai serangan personal dilakukan. Mulai dari tudingan menutupi riwayat, merapat ke salah satu kandidat, hingga yang paling utama telepon antara sang Rois Aam PBNU itu dengan SBY menyangkut order fatwa.

Usai sidang strategi membunuh karakter Kiai Ma'ruf terus dilancarkan. Sejumlah Ahooker di sosial media tak ragu menghujat kiai Ma'ruf. Seperti Denny Siregar yang menyebut Kiai Ma'ruf menjual agama demi dunia. Strategi kill the messenger terhadap kiai Ma'ruf terlihat begitu rapih.

Hingga malam usai sidang, yakni Selasa (31/1) sekitar pukul 24.00 WIB, lini masa di sosial media masih banyak yang menyerang Kiai Ma'ruf.

Namun para buzzer hingga cheerleader itu tak sadar bahwa yang dia coba hancurkan karakternya itu adalah seorang ulama karismatik. Saya pribadi percaya para ulama punya keistimewaan dan kemuliaannya tersendiri.

Direndahkan, derajat sang ulama malah akan semakin tinggi. Sekalipun pelaku yang coba menyerang punya banyak kuasa, tapi bisa hancur begitu saja bila yang dihadapi ulama. Ini terjadi dalam usaha kill the messenger terkait Kiai Ma'ruf.

Hingga akhirnya arus perlawanan bak tsunami datang menghantam para pembully sang kiai. Dia yang coba melecehkan kiai Ma'ruf di dalam sidang atau di media sosial kini tunggang-langgang.

Ini setelah umat utamanya NU merapatkan barisan demi membela sang kiai karismatik. Sehari usai sidang, atau Rabu (1/2) bola berbalik arah. Ahok, kuasa hukum, hingga pendukungnya di sosial media buru-buru 'menjilat ludah'.

Ahok meminta maaf. Sang kuasa hukum sibuk merevisi perkataannya di media. Sedangkan buzzer-buzzer sibuk mengapus unggahannya.

Tapi semua sudah terlambat. Massa sudah lanjur marah. Terlebih ini bukan usaha pertama yang dilakukan untuk menyerang kiai Ma'ruf. Sebelumnya, kiai Ma'ruf juga pernah diserang dengan sebaran foto antara dia dengan seorang wanita. Serangan itu datang beberapa saat setelah MUI mengeluarkan fatwa terkait Ahok.

Serangan dilakukan aktivis Twitter pro Ahok bernama Mas Teddy Bayupatti. Dalam foto yang dia unggah, 'selebtweet' pro Ahok ini malah menggunakan kata-kata yang kurang sopan kepada Kiai Maruf.

"Hebat nih Pak Maruf Amin Umur 73 tahun k***y sama wanita muda umur 30 tahun," ujarnya yang menanggapi salah satu berita media online dan menampilkan foto Ma'ruf Amin dan istrinya di laman Twitter.

Usaha itu pun tak manjur. Sebab kemuliaan kiai terlalu tinggi untuk sekadar dinodai para buzzer. Sebab emas tetaplah emas sekalipun coba dimasukkan ke dalam kubangan. Sedangkan bangkai tetaplah busuk sekalipun ditutupi permadani.

Walhasil kini strategi kill the messenger malah berubah menjadi killing himself alias bunuh diri.